Kisah Mualaf Arisa Dari Jepang


Namaku Arisa. Mulai sejak awal aku menginginkan belajar bhs asing yg tidak banyak di kenal oleh orang Jepang. Pada April 2011, aku telah memilih  kampus paling baik di Jepang untuk belajar bhs asing serta budayanya. Sayangnya, aku waktu itu masih bingung bhs serta budaya asing mana yang akan kupelajari. Syukurlah, ibuku memberiku masukan dan saran untuk pelajari bhs Malaysia. 


Awalannya, saran itu begitu mengagetkanku. Awalnya Aku tidak menduga ibuku memunyai ketertarikan pada bhs Malaysia. Tidak menanti lama, aku segera jatuh cinta pada bhs Melayu ini. Karna belum juga dapat pergi ke luar negeri, kumaksimalkan saja belajarku di negeri sendiri saja agar menjadi yang nomor satu di studi bhs Malaysia. 

Kala itu April 2012, pas satu tahun sesudah belajar bhs Malaysia, Tapi aku masih tetap saja temukan kalimat yang susah kupahami di dalamnya. Kelihatannya kalimat itu ada hubungan dengan Islam. Oleh karena itulah aku ambil studi Islam untuk membuatku makin memahami bhs Malaysia. 

Februari 2014 yaitu peristiwa yang aku tidak lupakan, yaitu saat aku pertama kalinya masuk masjid serta menggunakan hijab. Waktu itu rekan-rekan dari Malaysia mengundangku berhadir di masjid Tokyo Camii. Nah waktu itulah pertama kalinya aku melihat beberapa temanku lakukan pergerakan yang bernama salat. Apa yang kulihat itu pernah membuatku shock. Walau aku belajar Islam sepanjang 2 th., tapi nyatanya aku masih merasa belum tahu apa-apa mengenai Islam. Seperti halnya, kebingunganku mengenai salat yang dikerjakan  5 kali satu hari. Aku betul-betul tidak mengerti kenapa mereka mengerjakannya. 

Setiap ditanya teman-temanku menjawab semua yang mereka lakukan adalah untuk Allah. Berikut jawaban yang seringkali aku terima. Namun tetaplah, kenapa mereka ingin lakukan itu semuanya? 

Aku gemar menggunakan baju yang agak seksi. Tapi tak tahu mengapa, mendadak aku terasa menginginkan kenakan pakaian lebih tertutup mulai sejak waktu itu. Ada hasrat agar lebih dihormati serta di kenal aku apa adanya, bukanlah karna penampilan saja..

Ini adalah peristiwa aku menggunakan hijab pertama kalinya. Kenapa? Karna teman teman Malaysia memberiku hijab maka aku juga menggunakannya. Waktu itu aku terasa bahagia serta lega. Memanglah sich, aku sukai menggunakan baju yang seksi. Tapi tak tahu mengapa, mendadak aku merasa ingin kenakan pakaian lebih tertutup mulai sejak waktu itu. Ada hasrat agar lebih dihormati serta di kenal aku apa adanya, bukanlah karna tampilan saja. 

Agustus 2014 aku mengambil keputusan untuk belajar Islam di Malaysia dalam sebulan. Aku juga bermalam dirumah salah satu diantara temanku dari Malaysia. Ada Beberapa hal yang dapat kupelajari dari perjalananku ini. Aku juga coba ‘lakukan tantangan 1 bulan’ yakni berhijab serta tutup auratku dengan sempurna setiap hari sepanjang 1 bln.. Terkadang aku terasa kegerahan serta terasa tidak kuat dengan panasnya. Tapi anehnya, didalam hatiku ada rasa  demikian bahagia yang membuncah. 

Aku juga mulai melakukan salat setiap harinya serta coba menghapal doa Iftitah, tahiyat awal serta akhir. Untuk surat Al Fatihah aku telah hapal karna sebelumnya datang ke Malaysia, aku telah menghapalnya dibantu oleh Ponselku tiap-tiap malam.  Alhamdulillah beberapa orang yang mendoakanku. Tapi waktu itu aku belum siap untuk ucapkan syahadat sebagai syarat sahnya seorang masuk Islam. Aku masih merasa memunyai demikian banyak problem : keluarga, rekan, pacar, serta pekerjaan. Yang penting aku sudah yakin pada Allah serta mengucap syahadat dalam hati saja. Aku juga berdoa supaya semuanya problemku dimudahkanNya. 

Pas tanggal 17 Januari 2015, aku pun bersyahadat. Alhamdulillah. Semuanya bermula dari sesudah membaca Al Quran dalam terjemahan bhs Jepang, aku tidak dapat berhenti menangis. Waktu tersebut kurasa hidayah menyapaku. Aku belum tahu bagaimana caranya mengatakan syahadat dengan benar agar aku betul-betul jadi seseorang muslim. Aku pun segera pergi ke masjid tanpa yakin apakah aku dapat bersyahadat hari itu atau tidak. 

Kebanyakan orang di masjid menyambutku dengan suka ria. Ada lebih dari 10 muslimah yang ada di masjid untuk melihat keislamanku. Prof. Misbah ur-Rahman Yousfi yang membimbingku bersyahadat. Sesudah bersyahadat, aku pilih Nur Arisa Maryam jadi nama hijrahku. Airmata tidak henti mengalir sinyal bahagia. Serta pada malam itu juga, aku dapat mengerjakan salat Isya dengan keadaan diriku telah muslim seutuhnya dan untuk pertama kalinya. 

Apabila ada yang bertanya mengenai aku yang saat ini, ya... hidupku banyak perubahan mulai sejak aku masuk Islam. Sebelumya aku gampang geram serta merasa tidak nyaman apabila sendirian tidak ada yang temani. Tapi mulai sejak jadi muslimah, aku lebih tenang karna senantiasa ada Allah yang temani. Aku memanglah masih tetap jauh dari sempurna sebagai muslimah, karenanya aku masih tetap selalu belajar mengenai Islam. Tapi sampai di titik ini, tidak ada yang dapat kuucapkan terkecuali Alhamdulillah serta Allahu Akbar. (riafariana/thenewmuslim/voa-islam. com)


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Mualaf Arisa Dari Jepang"

Posting Komentar